Selamat datang di blognya Keluarga Besar Teknik Kimia UAD Yogyakarta, semoga bisa menjadi media silaturrahim bagi mahasiswa dan alumni Teknik Kimia UAD.

Selasa, 24 Maret 2009

Tipe Kalorimeter

Kalorimeter bom

Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung.

Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.

Kalorimeter makanan.

Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan karbohidrat, protein, atau lemak.

Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.

Kalorimeter larutan

Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.

Bentuk kalorimeter

  • Beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan sebagai kalorimeter sederhana dengan termometer sebagai pengaduk. Keuntungan menggunakan gelas plastik sebagai kalorimeter adalah murah harganya dan setelah dipakai dapat dibuang.
  • Kalorimeter yang biasa digunakan di laboratorium fisika sekolah berbentuk bejana biasanya silinder dan terbuat dari logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran 75 mm x 50 mm (garis tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana yang lebih besar yang disebut mantel/jaket. Mantel/jaket tersebut berguna untuk mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.
    Sumber : pandapedia.com


Membuat Bio Etanol Dengan Destilator Sederhana

Dikarenakan banyaknya permintaan dan keinginan para pemula untuk dapat membuat bio etanol

saya akan coba berikan cara membuat bio etanol dengan teknologi masyarakat yang murah meriah.

Biaya pembuatan antara 3 ~ 5 juta sdh dpt belajar buat bio etanol di pekarangan rumah sendiri dan dapat di sesuaikan dengan anggaran keuangan anda.

Bahan dapat dibuat dari tangki / drum bekas pakai pipa biasa , stainlees atau tembaga.

Kalau mau awet saya sarankan bahan dari stainless steel

Alat Distilasi ini sangat sederhana yaitu

Mesin ini dirancang dengan biaya yang rendah dengan kapasitas produksi yang optimum.

Tetapi terdapat beberapa kelemahan. Antara lain:

a. umur pakai mesin yang pendek (4 s/d 5 Bulan) bila bahan bukan dari stainless steel

b. Kadar Etanol yang dihasilkan masih rendah (dibawah 70 %) untuk mencapai kadar 90 % diperlukan distilasi berulang ulang 2 atau 3 kali

Saran saya apabila menggunakan bahan baku singkong sbb:

Untuk aplikasi di masyarakat petani buat beberapa plasma / kelompok yg mempunyai kebun singkong sendiri jadi biaya produksinya tdk begitu besar kecuali kapasitas produksinya sudah besar,

Bila menginginkan kadar diatas 90 % gunakan distilasi colom / Rectifying colom akan lebih effisien.

Ajari para petani singkong cara budi daya singkong secara efektif shg hasil produktifitas nya maximal

Gunakan bibit singkong unggul kalo ada, yg menghasilkan singkong jumpah dan kualitas patinya tinggi

Usahakan kelangsungan bahan bakunya mencukupi , bila prod singkong berlimpah simpan sebagai gaplek sebagai cadangan bahan baku saat musim sulit singkong.

Bila di daerah anda tersedia tetes / molasses, nira gunakan bahan baku ini karena cost nya kecil proses membuat bio etanolnya lebih mudah

Alat dan bahan :

Bila menggunakan bahan baku singkong diperlukan alat sbb :

1. mesin penggiling.

/ pemarut berfungsi untuk menghaluskan bahan baku. dapat dibeli ditoko penjual alat-alat ind

ustr

2. tangki pemasak. berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku dapat dibuat dari drum oli bekas gambar B



3. kemudian dimasukan ke alat penukar panas (heat exchanger / cooler) dapat di buat dr drum oli bekas.

alat penukar panas. berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat proses sakarifikasi) gambar C

apabila menggunakan bahan baku Molases / tetes dr Pabrik Gula alat tersebut di atas tidak di perlukan lagi jadi akan lebih menghemat biaya peralatan dan biaya produksi nya akan lebih murah

1. Siapkan 3 DRUM bekas Oli Kapasitas 200 L

2. Siapkan 1 atau 2 Drum plastic plastic kapasitas 150 L untuk tempat fermentasi

3. Siapkan Pipa biasa , tembaga atau stainless steel sepanjang 15 Meter

4. 1 Buah Thermometer Untuk Cooking Tank / tangki pemasak dan 1 buah utk tangki detilator

5. Selang Heavy duty ( transparan ) diameter 1 “ sepanjang 2 Meter utk indicator level tangki

6. Selang Plastik Biasa diameter ¼ “ sepanjang 10-15 Meter utk cooler / pendingin

7. Pompa Air Kecil untuk sirkulasi air di condenser

8. Bikin Tungku Pemasak, dari pasangan batu bata , beton

9. Pipa Besi ukuran ¾ “ sepanjang 2 Meter

10. Stop Kran Ukuran dan Drain Valve Ukuran ¾ “

11. gelas / tabung ukur 250 cc utk cek kadar dan drum / galaon utk Penampung Etanol

12. Alkohol meter utk pengukur Kadar Alkohol

13 selang plastic diameter 10 mm untuk keluarkan CO2 dr fermentor

Saran :

Buat Pembakar tungku dr drum bekas di potong 2 bagian utk bahan bakar gajen / saw dust karena murah dan dan apinya cenderung stabil bisa tahan untuk memanaskan sampai 6 jam bisa juga pakai limbah bathok kelapa

Gunakan bahan bakar dr limbah yg murah apalagi klo gratis ,saya juga pasti mau he..he.. . ,

kalau menggunakan kayu bakar apinya tidak stabil dan temperaturnya sulit di kontrol shg akan mempengaruhi kadar bio etanol yg keluar.

Cara Pembuatan

TANGKI FERMENTOR

Tangki fermentor ini berguna untuk memfermentasikan molasses (tetes Tebu) atau singkong sebelum proses destilasi berlangsung. Proses fermentasi ini dengan mencapurkan enzim alpha amilases atau campuran NPK,Ragi dan Urea ke dalam Cairan Tetes Tebu atau Bubur Singkong. Proses ini harus berlangsung secara aenorob, atau Hampa udara agar tidak terdapat kuman atau bakteri yang ikut masuk ke dalam tangki fermentor.

Jadi Saluran Duck neck di mulut tangki fermentor harus tertutup rapat,jangan sampai ada udara masuk.Udara hasil fermentasi yang keluar disalurkan melalui selang kecil yang disalurkan ke dalam Botol berisi air, dan posisi selang berada 2 cm dibawah tinggi permukaan air dalam botol tsbt.

(lihat Gambar1)


Gambar 1

Proses fermentasi ini berlangsung selama 3 atau 4 hari, atau biasanya ditandai dengan habisnya gelembung2 udara yang mucul di botol penampung C02.

PROSES PEMBUATAN MESIN DESTILASI

1.Tanki Distilator

Ambil 1 Drum dan Belah bagian Atas dan bagian bawah drum

Bersihkan bagian dalam Drum bekas Oli dari kotoran yang ada.

Di sisi Sebelah Bawah Drum Buat pelat yang dipotong menjadi cekung, lalu las kembali plat cekung ini di sisi bawah drum.

Gambar.

Pada Bagian Bawah drum Beri Lubang untuk saluran Drain dan Las dengan Pipa dan beri Stop kran pada pipa itu

Pada Sisi samping Drum bolongi untuk penempatan Thermometer pengukur suhu dalam drum, agar Temperatur Etanol sebesar 79 derajat C bisa selalu dikontrol.

Disisi samping yang lain beri Lubang juga di bagian atas dan bawah untuk menempatkan Alat Ukur ketinggian bahan Baku. Alat ukur ini terbuat dari Selang Heavy duty sepanjang 1M dan di klem di sisi atas dan bawah drum.

Gambar.


Tutup Kembali dan Las Rapat Bagian Atas Drum dan beri lubang untuk jalannya Pipa Stainless untuk proses penguapan etanol.

2. Kondensor / Pendingin

Siapkan 2 Buah Drum dan Bolongi salah satu sisi ke dua drum tersebut, lalu satukan kedua bagian drum yang bolong dan Las dengan Rapat.

Setelah menyatu, Bolongi kembali Sisi bagian atas drum, untuk menempatkan lilitan pipa stainless guna menjadikannya sebagai condenser.

Alirkan Pipa Stainless atau tembaga dari Mesin Destilasi ke drum condenser. Buat lingkaran dari pipa sepanjang 5 M dengan diameter lilitan 40 cm sebanyak 10 tingkat di dalam condenser.

Pada sisi bagian atas beri lubang untuk menempatkan lubang inlet pipa untuk sirkulasi air masuk

gambar 2 bahan tembaga

Dan pada bagian bawah beri lubang juga untuk sirkulasi air keluar ke arah pompa air

Lalu beri lubang pengeluaran dari pipa condenser untuk jalur keluarnya minyak bio-etanol yang dihasilkan.

Gambar : Rangkaian alat destilator dan skema














Cara membuat Bio etanol skala Rumah Tangga

1. Ubi kayu segar 50 kg dibersihkan

2. Dihaluskan dengan mesin penggiling

3. Hasil penggilingan disaring

4. Tambahkan air 40-50 liter, aduk dan panaskan pada alat pemasak.

5. Penambahan 1,5 ml enzim alfa amilase (panaskan 30-60 menit pada temperatur 90C.

6. Dinginkan (55-60C) dengan alat penukar panas, masukan lagi ke alat pemasak, tambahkan 0,9 ml enzim gluko amilase. pertahankan temperatur 55-60C (selama 3 jam). dinginkan (kurang dari 30C) dengan alat penukar panas.

7. tambahkan 1 g ragi roti, urea 65 g, NPK 14 g. biarkan selama 3 hari dalam tangki fermentasi.

8. Hasil fermentasi ditandai dengan aroma seperti tape, suara gelembung gas naik dan PH di atas 4.

9. Pindahkan bioetanol ke evaporator.

10. Di evaporator, panaskan jaga temperatur 78 derajat Celsius (untuk kontrol temperatur).

11. Bioetanol yang keluar berkadar anatara 70 - 90 %

Bila menggunakan tetes tebu / molases

anda tinggal melakukannya langsung mulai dari no 7 sampai selesai ( prosedur fermentasi )

PENTING DAN HARUS DIPERHATIKAN

1.Bio-etanol / Alkohol mempunyai sifat mudah menguap dan mudah terbakar,

2.Perhatikan dan kontrol peralatan distilasi, tangki dan pipa distilasi anda dr kebocoran saat melakukan penyulingan utk meghindari bahaya kebakaran.

3. Pastikan peralatan distilasi anda tidak ada pipa yg buntu yg bisa menimbulkan tekanan balik selama penyulingan berlangsung kalau perlu tangki distilator diberi alat pengukur tekanan / pressure gauge.

4. Selama tdk ada tekanan balik distilasi anda akan berjalan pada tekanan normal ( 1 atm ) dan tidak bakal meledak .

5.Pastikan fasilitas Air nya cukup, kebutuhan air untuk pendinginan terpenuhi dan pompa bejalan baik shg menghasilkan etanol terkondensasi dengan maximal dan fasilitas air ini akan sangat berguna sekali apabila sewaktu waktu terjadi kebakaran.

5.Selalu perhatikan keselamatan kerja dan hindari bahaya kebakaran.

SEMOGA BERMANFAAT

Ditulis ulang dari berbagai sumber oleh : Agus Mastrianto

Koperasi Agrobisnis Sukajaya Xwungu – Kend

Kamis, 19 Maret 2009

Contoh Alat Penyuling Minyak Atsiri



Peluang bisnis ekspor minyak nilam/dilem dengan Alat Penyuling/Destilator Minyak Atsiri. Alat mesin pertanian ini digunakan untuk menyuling berbagai jenis minyak tanaman. Mesin produksi beragam jenis minyak atsiri (mudah menguap) misalnya minyak kayu putih, minyak cengkeh, minyak nilam/dilem, dll.

Spesifikasi Alat Penyuling/Destilator
Kapasitas ± 150 kg
Autoclave
Dimensi diameter = 55 cm, tinggi = 120 cm
Bahan Stainless Steel
Kondensor
Dimensi diameter = 30 cm, tinggi = 120 cm
Pipa Kondensor Stainless Steel
Bahan Bakar Biomassa/minyak tanah
Bejana Bahan
Dimensi diameter = 50 cm, tinggi = 100 cm

Senin, 16 Maret 2009

Teknik Kimia dan Kewirausahaan

Teknik Kimia
Zaman dahulu kala, sewaktu kita masih terbuai dengan masa-masa SMA yang (menurut sebagian besar orang) adalah masa-masa indah, serasa asing mendengar istilah teknik kimia. Walaupun tanpa disadari, di sekeliling kita bergelimang harta benda dan materi yang berlandaskan falsafah dasar teknik kimia. Dalam bayangan masa itu, teknik kimia tidaklah lebih dari suatu ilmu yang melulu mempelajari kimia, atau bisa dikatakan perpanjangan tangan ilmu kimia yang dipelajari saat SMA.

Zaman telah berubah, pemikiran dan pengetahuan kian bertambah. Kini setelah terdampar di belantara teknik kimia yang sebenarnya (bukan hanya sekedar angan), sudahkah terpikir dalam benak kita apa hakekat teknik kimia sesungguhnya? Apakah bayangan tentang teknik kimia saat menjadi mahasiswa? Benarkah teknik kimia hanya berkutat pada industri-industri besar seperti minyak dan gas, petrokimia, polimer, atau well established chemical process industries lainnya? Dengan asesori kolom distilasi atau absorber yang seperti MONAS dan cooling tower sebesar gedung tingkat lima, sistem perpipaan dan instrumentasi yang njlimet bak benang kusut. Bahkan mungkin biaya investasi yang mencapai ratusan milyar atau triliyunan rupiah.

Menilik pada makna teknik kimia, yakni suatu ilmu yang mempelajari perubahan (konversi) bahan baku menjadi bahan jadi yang berdaya guna serta berskala besar dan komersial melalui prosesproses kimia dan fisika (kadang-kadang juga ditambahkan sebagai salah satu ilmu yang mempelajari pengelolaan dan konservasi energi), secara eksplisit jelas terlihat bahwa teknik kimia adalah ilmu yang sangat aplikatif. Namun timbul lagi sebuah pertanyaan. Bahan baku apa sajakah yang bisa diolah? Sekelumit cerita di bawah ini mudah-mudahan dapat segera menjawabnya dan sekedar mengingatkan sisi lain dari teknik kimia.

Misalnya kita sedang jalan-jalan di pasar, di sana pasti banyak sampah-sampah organik yang melimpah dan memenuhi lokasi pembuangan sampah, lantas kita berfikir (dalam kerangka teknik kimia yg telah anda pelajari) mengapa hal itu tidak dimanfaatkan, misalnya untuk dijadikan sumber pembuatan kompos atau biogas. Kemudian jalan beberapa meter lagi kita akan melihat banyak bumbu-bumbu dapur dijual. Ada jahe, kunyit, sereh, kapulaga, pala, kemukus, adas, dll. Mengapa mereka menggunakan itu semua? Pasti untuk menambah aroma dan rasa pada masakan. Nah, dari situ kita mulai bisa berfikir bagaimana cara mengambil zat-zat di dalam bumbu-bumbu dapur itu supaya lebih praktis pemakaiannya. Apakah yang diambil minyak atsirinya, oleoresinnya, atau senyawa penebar aroma lainnya. Tidak sampai semenit kemudian, kita akan menemukan orang berjualan ubi atau singkong. Mungkin kita berfikir, kok harganya murah ,ya. Atau mengapa ubi dan singkong selalu dijual dalam bentuk bahan mentahnya saja padahal kandungan pati di dalamnya dapat diolah menjadi aneka produk yang bernilai tinggi dengan sentuhan proses-proses kimia dan fisika, misalnya menjadi alkohol, glukosa, ataupun perekat (modified starch). Atau tiba-tiba di sebelah kanan kita ada tumpukan sisa-sisa sabut kelapa atau bonggol jagung yang sudah tidak terpakai. Kedua bahan tersebut merupakan biomassa yang mengandung selulosa, lignoselulosa, atau lignin yang sangat potensial diolah menjadi kertas atau pulp dan produk sampingnya berupa furfural dan glukosa. Begitu pula batok kelapanya yang bisa dimanfaatkan menjadi arang aktif. Kemudian minyak goreng, selama ini minyak goreng dihasilkan dari CPO (Crude Palm Oil) yg diambil dari kelapa sawit. Kira-kira bisa tidak ya kalau diganti dengan minyak kelapa, minyak kedelai, minyak biji rambutan, minyak jagung, dan lain-lain. Ketika kita tiba di kedainya Mbok Minah yang berjualan teh atau kopi. Kita berfikir, orang sering minum teh dan kopi supaya tidak mengantuk. Zat apa gerangan yg menyegarkan dan merangsang tubuh sedemikian itu? Setelah dibaca-baca di literatur teknik kimia, ternyata kandungan kafeinnya. Padahal kafein itu dibutuhkan di produk-produk minuman energi dan farmasi. Ketika melewati toko eceran benda-benda kebutuhan sehari-hari, anda akan melihat detergen, sabun mandi, pengarum ruangan, pelembut/pengharum pakaian, dan lain-lain. Pernahkan terbersit dalam benak anda bagaimana komposisi dan cara membuat benda-benda tersebut dan mencobanya langsung dalam skala kecil disertai beberapa kreativitas untuk menghasilkan produk yang fungsinya sama tetapi berbeda spesifikasinya (kata Mas Hermawan Kertajaya, salah satu kunci pemasaran adalah diferensiasi). Belum lagi jika anda jalan-jalan di pedesaan yang indah dan permai.

Ibarat buku yang menceritakan potensi teknik kimia dalam diversifikasi produk berbasis Sumber Daya Alam (SDA) terbarukan (tinggalkanlah dahulu paradigma SDA tak terbarukan), cerita di atas hanyalah satu pasal dari ratusan BAB yang ada. Jadi, terjawab sudah pertanyaan di atas, ternyata apa yang ada di sekeliling kitapun bisa dijadikan bahan baku. Setelah mengetahui bahan bakunya, cara mengolahnya, dan penjualannya. Selanjutnya apa yang akan kita lakukan? Jawabnya adalah just make it real by thinking both conceptually and technically.

Kewirausahaan
Telah disinggung di atas, teknik kimia adalah ilmu yang sangat aplikatif. Beruntunglah anda pernah merasakan “kejamnya” pendidikan teknik kimia. Teknik kimia juga berpotensi menciptakan Usaha Kecil Menengah (UKM) berbasis teknologi (sederhana dan kerakyatan) yang memanfaatkan SDA. Jika kita tahu bahan baku dan prosesnya, lakukanlah penelitian skala laboratorium atau pilot. Jika pengetahuan kita bertambah, yakni mengetahui ke mana dan bagaimana cara menjual produknya, aplikasikanlah ke skala komersial. Masalah modal adalah perkara waktu, sedangkan kemauan, usaha keras, dan kerja tim adalah masalah utama. Jika berusaha dengan keras, tak kenal menyerah dalam mencari relasi/jaringan, kapitalpun akan datang dengan sendirinya. Banyak lembaga keuangan, BUMN, dan perorangan yang bersedia memberikan modal untuk UKM. Saat ini juga telah banyak berdiri Pusat/Balai Inkubator Bisnis di setiap universitas dan lembaga pemerintahan yang bersedia memfasilitasi segala keperluan untuk memulai berwirausaha bagi seorang calon pengusaha, termasuk akses pendanaan.

Bersama tim, saya mengembangkan industri minyak atsiri dengan investasi yang cukup lumayan. Pendanaan akhirnya diperoleh setelah 2 tahun lebih melakukan langkah-langkah real seperti percobaan pilot, survey bahan baku, studi literatur, mengamati alur pemasaran, wawancara dengan para pelaku di lapangan berkedok seorang mahasiswa yang ingin penelitian, serta berdikusi dengan para pakar. Selama 2 tahun itu banyak hal yang telah terjadi termasuk apa yang saya istilahkan sebagai ”perselingkuhan idealisme”. Juga seorang teman seangkatan saya yang hanya berbekal, maaf, TAHI SAPI tetapi bisa berkeliling Indonesia menyebarkan reaktor biogas plastik ciptaannya (yang bersangkutan juga pernah nongkrong di rubrik SOSOK harian Kompas) dan secara real cukup membantu dalam mengubah paradigma masyarakat pedesaan akan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Sekali lagi....real....real....real.... tidak hanya sekedar omong-omong dalam seminar, lokakarya, atau forum-forum yang membahas masalah energi.

Berapa banyak penelitian yang dilakukan oleh teknik kimiawan/wati, baik mahasiswa, dosen, maupun peneliti yang benar-benar teraplikasikan meskipun secara bahan baku, teknis-teknologis, ekonomi, dan pemasaran cukup layak. Kita bisa menyimak prosiding-prosiding seminar teknik kimia yang rutin diselenggarakan oleh beberapa Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Bundel-bundel laporan penelitian yang memenuhi lemari arsip dan perpustakaan adalah tanpa makna jika tak teraplikasikan kecuali hanya sekedar untuk memenuhi tanggung jawab dana RUT (Riset Unggulan Terpadu), hibah bersaing, dan bentuk-bentuk pendanaan riset lainnya dari pemerintah sehingga menambah credit point / kum dalam rangka mengurus jabatan fungsionalnya sebagai seorang dosen/peneliti. Atau seorang mahasiswa yang sibuk meneliti hanya untuk tuntutan tugas kemahasiswaan (baca=kurikulum) dan menjadi referensi untuk riset-riset berikutnya yang kadang-kadang tidak menampakkan kemajuan yang berarti.

Bagi para mahasiswa teknik kimia yang masih idealis dengan ilmu yang dipelajari, fakta-fakta di bawah ini cukuplah menjadi bahan renungan sebelum tidur. Berapa banyak PT di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan tinggi teknik kimia. Tercatat lebih dari 50 institusi. Andaikan setiap tahun sebuah PT mewisuda 50 sarjana teknik kimia (banyak PT yang jumlah mahasiswa per angkatannya lebih dari 100), maka setidaknya terdapat 2500 sarjana teknik kimia baru setiap tahunnya. Apakah jumlah lowongan kerja untuk sarjana teknik kimia mencapai angka sebesar itu? Bahkan saya berani taruhan, setengahnyapun tidak. Akibatnya banyak sarjana teknik kimia yang mulai berbicara kesempatan (baca=pragmatis), bukan lagi idealisme keilmuannya. Apapun jenis pekerjaan akan disambarnya asal “menghasilkan” meskipun harus keluar dari koridor teknik kimia. Jadi konsep link and mach-nya Wardiman Djojonegoro yang dulu pernah didengung-dengungkan hanyalah isapan jempol belaka. Lalu, apa solusinya?

Jawabnya cukup singkat. WIRAUSAHA. Jika diri merasa sadar bahwa kurang cukup kemampuan untuk memenuhi kategori wirausahawan sukses, maka membentuk tim dengan kapabilitas yang berbeda-beda namun memiliki kesamaan visi adalah salah satu solusinya. Misalnya dengan mengumpulkan rekan-rekan satu angkatan yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal bernegosiasi dan hubungan luar, teknis dan engineering, serta organisasi. Jika memang ketersediaan modal yang ditakutkan, maka dengan mengajak rekan yang “cukup berada” juga merupakan sebuah solusi. Namun yang terakhir ini bukanlah “reaksi” yang utama, hanya sebagai katalis saja.

Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan wirausaha (baca=UKM) berbasiskan teknik kimia diperlukan pertimbangan beberapa hal, yakni :
1. Teknologi proses yang sederhana dan aplikatif untuk UKM.
2. Bahan baku berasal dari bumi Indonesia. Lebih baik lagi apabila berasal dari limbah-limbah hasil bumi berbasis agro dan keluaran industri lainnya.
3. Mudah dalam hal teknis pengoperasian. Seorang lulusan SD pun selayaknya mampu mengoperasikan proses dalam tataran teknis.
4. Biaya investasi yang masuk akal untuk industri skala UKM alias tidak sampai puluhan atau ratusan miliar rupiah. Bila memungkinkan cukup yang puluhan juta rupiah saja.

Jadi, siapkah kita terjun ke dalamnya? Jika siap, bentuklah tim yang satu ide, misi, dan visi untuk merealisasikan apa yang dicitakan bersama. Mari kita berjuang untuk bangsa ini sesuai dengan bidang dan profesi kita masing-masing. Teringat sebuah ucapan seorang begawan fisika AlbertEinstein ”Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membuat hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sangat sedikit? Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin. Jawaban yang sederhana adalah karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar”.

Sumber : ferry-atsiri.blogspot.com

Mengapa Begini, Mengapa Begitu? Ala Teknik Kimia

1. Mengapa kita tidak boleh membuka presto saat baru selesai digunakan?
Jadi begini.. air yang berada dalam presto, entah dari materi dalam makanan atau memang dari air yang ditambahkan, akan berubah bentuk menjadi uap karena dipanaskan. Nah, karena presto ialah sebuah bejana yang benar-benar tertutup, tidak ada uap air yang dapat terbebas keluar dari presto tersebut. Hal itu menyebabkan tekanan presto dapat terus meningkat seiring dengan kenaikan suhu yang disebabkan oleh pemanasan kompor. Itulah mengapa presto dapat memasak segalanya dengan lebih cepat dan menghasilkan masakan yang lebih lunak; itu karena tekanan tinggi dan temperatur tinggi. Nah, apa yang akan terjadi apabila Anda membuka presto saat baru saja selesai digunakan? Sederhana saja, paling-paling tutup presto akan meloncat ke atas Anda lalu disertai dengan sedikit bunyi ledakan dan semburan uap air panas. Hehehe.. maka dari itu, tunggulah agar presto dingin.. Itu akan menyebabkan tekanan dalam presto menurun dan segalanya akan menjadi aman bagi Anda.

2. Mengapa gula lebih cepat melarut pada air panas?
Jadi, pada dasarnya hal itu disebabkan oleh sifat kelarutan padatan dalam cairan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu; dan itu berlaku sebaliknya. Padatan akan semakin mudah larut dalam pelarut yang memiliki temperatur yang lebih tinggi. Selain karena efek kelarutan, temperatur yang tinggi berfungsi sebagai pemasok energi pelarutan yang digunakan agar padatan larut dalam air. Sumber energi lain yang biasa Anda gunakan sehari-hari tentunya ialah energi dari tangan Anda. Anda tinggal pilih, Anda dapat mengocok-ngocok minuman Anda hingga tangan Anda pegal ato mengambil jalan pintas dengan menggunakan air panas. Hehehe..

3. Kenapa minuman soda lebih nikmat saat dingin?
Ini lagi-lagi berhubungan dengan kelarutan namun kali ini berhubungan dengan kelarutan gas dalam cairan. Rasa nikmat pada minuman soda disebabkan karena tingginya kandungan karbondioksida dalam minuman Anda. Anda ingat kan mengapa soda disebut minuman berkarbonasi; itu karena memang di dalamnya dilarutkan karbondioksida. Nah.. pada suhu tinggi, karbondioksida akan terbebas dari cairan sedangkan pada suhu rendah karbondioksida akan terlarut. Maka dari itu, masukkanlah minuman soda Anda ke dalam lemari pendingin agar semakin banyak karbondioksida yang terlarut dalam minuman soda Anda dan pasti minuman itu akan terasa lebih nikmat. Uhh yeahh.. Hehehe..

4. Mengapa deodoran berbentuk cairan dalam kemasan namun berubah jadi spray saat digunakan?
Saya yakin Anda semua menyadari ini tapi Anda tidak mau tahu dan tidak peduli tentang penjelasan ilmiah fenomena tersebut. Hahaha.. Jadi gini.. pada dasarnya materi kan bisa berbentuk padat, cair, dan gas, bukan? Nah, kapan materi berbentuk ini atau itu sangatlah dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur. Kemasan deodoran ialah sebuah bejana yang memiliki tekanan yang cukup tinggi untuk membuat materi di dalam kemasan tersebut berada dalam bentuk cairan. Saat kita menggunakan deodoran tersebut, cairan akan keluar dan “bertemu” dengan udara luar yang memiliki tekanan lebih rendah; cukup rendah untuk membuat cairan itu berubah wujud menjadi gas. Cukup sederhana bukan penjelasannya? Hehehe.. Penjelasan ini juga berlaku untuk tabung LPG di rumah kita. Penjelasan mengenai apakah seluruh materi di dalam kemasan/tangki itu berwujud cair atau tidak hanya akan dijelaskan bila saya sempat dan bila Anda tertarik. Anda tertarik dengan keseimbangan uap-cair? Hehehe..

5. Mengapa deodoran spray tidak boleh diletakkan di tempat panas?
Sebenarnya, deodoran spray Anda tidaklah sepenuhnya terdiri dari senyawa kimia yang berfungsi sebagai pengharum dan anti-pespirant. Di dalam kemasan tersebut terdapat gas pendorong yang berfungsi mendorong senyawa-senyawa lain keluar dari kemasan. Zat pendorong yang umumnya digunakan ialah CFC dan butana. Penggunaan CFC sudah dihentikan dan umumnya deodorant spray sudah menggunakan butana. Tidak perlu saya jelaskan bukan mengapa penggunaan CFC dihentikan. Dan ingat, itu bukan karena ancaman hujan asam atau global warming. Memang sih CFC dapat berkontribusi memperparah global warming tapi bukan itu isu utamanya. Apakah Anda ingat isu yang satunya lagi?? (*Ya Anda benar, isu penipisan lapisan ozon.. Hehe..) Nah, kembali ke gas pendorong.. Apabila Anda meletakkan kemasan deodoran di tempat panas, suhu gas pendorong di dalam kemasan akan meningkat dan tentunya tekanan gas tersebut akan meningkat. Selain peningkatan tekanan, butana pada dasarnya ialah gas yang mudah terbakar. Jadi coba Anda bayangkan apabila tekanan terus meningkat, lalu butana bocor dan bertemu dengan udara yang mengandung oksigen serta didukung dengan suhu sekitar yang panas. Yaahh.. kira-kira ada ledakan api dikit lah ya.. Hehehe..

Sumber :michaelhutagalung.com