Selamat datang di blognya Keluarga Besar Teknik Kimia UAD Yogyakarta, semoga bisa menjadi media silaturrahim bagi mahasiswa dan alumni Teknik Kimia UAD.

Rabu, 21 Desember 2011

CASIO FX-350 MS MURAH MERIAH 95 Ribu saja


yang berminat dapat menghubungi sdr M. Tamrin ( 081 392 386 467 )

Kalkulator CASIO Murah


Kami sediakan kalkulator Casio Scientific model standart dengan harga yang terjangkau. Berikut seri yang sudah tersedia :

fx-350 ms = 95 ribu
fx-115 ms = 150 ribu
fx-570ms = 150 ribu
fx-82 es = 105 ribu
fx-350 es = 105 ribu
fx-85 es = 130 ribu


semua cocok untuk anak-anak teknik.
Apabila ada yang tertarik dapat menghubungi sdr
M. Tamrin di 081 392 386 467

Jumat, 01 Januari 2010

Capaian Pakar Kimia Muslim di Era Keemasan

Presiden AS Barack Obama dalam pidatonya di Universitas Kairo, Mesir, 4 Juni 2009 mengatakan, dunia berhutang besar kepada Islam. Peradaban Islam telah mengusung lentera ilmu selama berabad-abad, dan membuka jalan bagi era Kebangkitan Kembali dan era Pencerahan di Eropa.

Adalah inovasi dalam masyarakat Muslim yang mengembangkan urutan aljabar; kompas magnet dan alat navigasi; keahlian dalam menggunakan pena dan percetakan; dan pemahaman mengenai penularan penyakit serta pengobatannya.

”Budaya Islam telah memberikan kita gerbang-gerbang yang megah dan puncak-puncak menara yang menjunjung tinggi; puisi-puisi yang tak lekang oleh waktu dan musik yang dihargai; kaligrafi yang anggun dan tempat-tempat untuk melakukan kontemplasi secara damai,” paparnya.

Pengakuan jujur Obama yang disampaikan dalam lawatannya ke Timur Tengah itu mengingatkan kembali kepada kita, khususnya masyarakat Barat, bahwa keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mereka capai tak lepas dari capaian yang telah ditorehkan umat Islam sebelumnya. Peradaban Islam mencapai zaman keemasannya saat para ilmuwan dan cendekiawan Muslim banyak menghasilkan karya-karya monumental, menulis rumus, menemukan teori, dan menciptakan temuan-temuan baru. Termasuk di antaranya di bidang kimia.

Para ilmuwan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi industri yang penting bagi peradaban dunia. Mereka menghasilkan produk-produk dan temuan yang sangat dirasakan manfaatnya hingga kini. Sebut saja misalnya senyawa seperti asam sulfur, nitrat, nitrat silver, potasium, dan alkohol.

Mereka juga menemukan teknik-teknik kristalisasi, destilasi, dan sublimasi. Dengan teknik-teknik tersebut peradaban Islam mampu melahirkan industri-industri penting bagi umat manusia. Industri farmasi, kesehatan, makanan/minuman, tekstil, perminyakan, dan bahkan industri militer.

Masa keemasan Islam, abad 7-14 M, telah banyak melahirkan ilmuwan yang karya-karyanya sangat monumental. Mereka antara lain Jabir Ibnu Hayyan, Al-Biruni, Ibnu Sina, Ar-Razi, dan Al-Majriti. Jabir Ibnu Hayyan yang hidup pada tahun 721 hingga 815 telah memperkenalkan eksperimen (percobaan) kimia. 'Bapak Kimia Modern' ini, melalui serangkaian eksperimen yang telah dilakukannya di laboratorium, mencoba mengelaborasi zat-zat dan senyawa kimia. Eksperimen-eksperimen yang dilakukannya bersifat kuantitatif. Jabir Ibnu Hayyan adalah penemu proses-proses kimia seperti destilasi, kristalisasi, dan sublimasi.

Selain itu, 'Geber' --sebutan Barat untuk Jabir-- juga menciptakan alat-alat atau instrumen pengkristal, pemotong, pelebur, serta menyempurnakan proses dasar sublimasi, kristalisasi, penguapan, pencairan, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Alembic, yaitu alat penyulingan yang terdiri dari dua tabung yang terhubung, ditemukan pertama kali oleh Jabir Ibnu Hayyan pada abad ke-8. Alat Ini merupakan alat penyulingan pertama di dunia, yang digunakan untuk memurnikan zat-zat kimia.

Jabir juga banyak menemukan zat-zat atau senyawa-senyawa penting dalam ilmu kimia seperti asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, dan asam klorida. Ia juga melakukan destilasi alkohol, membuat parfum, dan membuat kapur. Karena jasanya, teori oksidasi-reduksi dapat terungkap.

Sementara itu Abu Raihan Al-Biruni, ilmuwan Muslim yang hidup pada tahun 973 -1048 M, antara lain menciptakan Tabung Ukur, Botol Labu, dan Pycnometer. Tabung Ukur (Conical Measure) berfungsi untuk memudahkan penuangan cairan. Peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca berupa cangkir dan berbentuk kerucut dengan torehan di atasnya itu ditemukan pertama kali oleh Al-Biruni pada abad ke- 11.

Al-Biruni juga menciptakan Botol Labu (Laboratory Flask). Botol ini digunakan menampung cairan yang akan digunakan atau diuji di laboratorium. Botol yang terbuat dari kaca bening ini, juga digunakan untuk mengukur isi bahan kimia, mencampur, memanaskan, mendinginkan, menghancurkan, mengendapkan, dan mendidihkan (dalam penyulingan) zat-zat kimia. Selain itu, ia juga menemukan Pycnometer, yaitu alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur berat jenis atau volume cairan.

Dalam Kitab Al-Saydalah, Al-Biruni menjelaskan secara rinci pengetahuan tentang obat-obatan. Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya dalam kehidupan manusia.

Sedangkan Ibnu Sina (980 M-1037 M), antara lain menciptakan Lingkar Pendingin (Refrigerated Coil) dan Termometer. Lingkar Pendingin merupakan alat yang berfungsi untuk memadatkan uap wangi. Dan Termometer merupakan alat untuk mengukur temperatur atau suhu. Dalam bukunya The Making of Humanity, Robert Briffault menjelaskan, Termometer ditemukan pertama kali oleh Ibnu Sina pada abad ke-11.

Muhammad Ibnu Zakariya Razi atau yang lebih dikenal dengan nama Ar Razi (lahir 866 M) antara lain membuat Alat Pengolah Obat-obatan, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah obat-obatan, dan Alat untuk Melelehkan Bahan atau zat-zat kimia. Peralatan ini dijelaskan secara panjang lebar oleh Ar-Razi dalam Secretum Secretorumnya.

Ar-Razilah yang mampu membangun dan mengembangkan laboratorium kimia modern. Pada saat itu, ia menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat itu. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. Karena itulah para ilmuwan dunia menyebut Ar-Razi sebagai ilmuwan pelopor yang menciptakan laboratorium modern. “Kontribusi Ar-Razi dalam ilmu kimia sungguh luar biasa besar,” kata Erick John Holmyard (1990) dalam bukunya, Alchemy. Berkat Ar-Razi pula industri farmakologi muncul di dunia.

Ar-Razi mampu membuat klasifikasi zat alam yang sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil kreasinya.

Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer adalah Al-Majriti (950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim di era keemasan Andalusia (Spanyol) ini berhasil menulis buku kimia bertajuk Rutbat Al-Hakim. Dalam bukunya ia menjelaskan rumus dan tata cara pemurnian logam mulia.

Al-Majriti juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang membuktikan prinsip-prinsip kekekalan masa -yang delapan abad berikutnya dikembangkan kimiawan Barat bernama Lavoisier.

Tidak cuma menemukan zat-zat dan senyawa-senyawa seperti asam nitrat, asam klorida, dan alkohol, para kimiawan Muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al-Razi, Al-Biruni, dan Ibnu Sina, juga memperkenalkan dasar-dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian.

Kontribusi dan capaian ilmuwan Muslim di era keemasan Kekhalifahan Islam ini memberikan pengaruh besar bagi pengembangan ilmu kimia di era modern sekarang ini. Sejarah dunia mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaannya telah melakukan revolusi dalam bidang kimia.

Tidak mengherankan jika Will Durant, ilmuwan Jerman abad ke-18, dalam buku Story of Civilization IV, The Age of Faith, menyebutkan kemajuan ilmu kimia modern saat ini hampir-hampir sepenuhnya diciptakan dan dikembangkan oleh peradaban Islam. “Dalam bidang kimia, peradaban Yunani hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar. Sedangkan peradaban Islam telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, dan catatan atau dokumen yang begitu teliti,” papar Durant.

Begitulah, para kimiawan Muslim di era Kekhalifahan Islam telah melakukan revolusi luar biasa dalam ilmu kimia.

penulis : Rusdiono Mukri ( www.esqmagazine.com )


Jumat, 25 Desember 2009

Ranny Cintia Kardika ( Prodi Teknik Kimia ) Raih wisudawan Dengan IPK Terbaik


Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, menggelar wisuda bagi 880 mahasiswa di Gedung Jegja Expo Center (JEC), Sabtu (5/12). Wisuda kali ini diperuntukkan bagi program Sarjana, Pascasarjana dan Diploma III.

Dalam sambutannya, Rektor UAD, Drs. H. Kasiyarno, M.Hum mengungkapkan, para mahasiswa yang telah menjadi wisudawan dan wisudawati hendaknya tidak melupakan kampus dan almamater mereka di masa depan. “Kami harapkan agar meskipun sudah berakhir masa pendidikannya, tetapi silaturahmi harus tetap terjalin. Selain itu, semoga wisuda kali ini dapat mengantarkan para wisudawan dan wisudawati menjadi sarjana muslim yang bermanfaat,” ujarnya.

Dirinya mengungkapkan, acara wisuda kali ini diikuti oleh 28 program studi (prodi) dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) rata-rata 3,09. Termasuk pula didalamnya adalah 10 wisudawan Program Pascasarjana yang terdiri atas Pendidikan Bahasa Inggris 5 orang, Pendidikan fisika 3 orang dan Psikologi 2 orang. “Hingga saat ini program Pasca Sarjana UAD telah mewisuda 56 lulusan. Dengan demikian, alumni UAD secara keseluruhan kini berjumlah 22.470 orang,” terangnya.

Wisudawan dengan IPK terbaik, diraih oleh 4 orang, yakni Roseyana Asmahanie (prodi Farmasi, dengan IPK 3,94), Ranny cintia Kardika (Prodi Teknik Kimia IPK 3,94), Ratih Puspita Sari (Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IPK 3,91), dan Siti Zainab (Prodi Pendidikan Matematika IPK 3,91).

Sementara itu, wisudawan dengan lulusan tercepat diraih oleh Sofian Arif Wahyudi dari Prodi Teknik Informatika dengan masa studi 3 tahun 11 bulan 2 hari dan IPK 3,05. Wisudawan termuda adalah Vera Seviana dari Prodi Pendidikan matematika yang lulus pada usia 20 tahun 8 bulan.

Sumber : Kedaulatan Rakyat

Selasa, 08 Desember 2009

Lowongan Kerja Data Analis di Hay Group

Hay Group is a global management consulting firm that works with leaders to
transform strategy into reality. We develop talent, organize people to be
more effective and motivate them to perform at their best. Our focus is on
making change happen and helping people and organizations realize their
potential.

We have over 2600 employees working in 88 offices in 47 countries. Our
clients are from the private, public and not-for profit sectors, across
every major industry.

In order to ensure constant premium service to our respectful clients, we
are looking for *Data Analyst* in our Reward Information Services
Department.

*Main responsibilities:*

- To support Country Manager and the country team in collecting data from
relevant clients in well established manner
- To ensure complete mandatory information are well collected within
agreed timeline
- Under supervision of Country Manager, to perform data cleaning on
country level
- To provide prompt response to clients’ queries
- To provide any ad hoc support to team
- To perform in professional manner during engagement with clients, as a
proper representative of the company

*Requirements:*

- Bachelor degree from any discipline
- Fluent in English, written and spoken
- Able to operate Microsoft Office, Excel mastery is a must
- Persistent with great attention to details
- Possess good communication skills
- Able to work within time constraint
- Having spirit of teamwork
- High initiative, honest, pleasant personality

Interested candidates to submit their application (not exceeding 200Kb) to
the following address:

Dwi.Astulina@haygroup.com

Please state the position title as the subject.

All application to be received by *Thursday,* *24 December 2009*, at the
latest.

Senin, 07 Desember 2009

Ilmuwan Indonesia yang Berprestasi di Pentas Internasional



Beberapa ilmuwan Indonesia yang mengembangkan karir dan mengukir prestasi di pentas Internasional,

Mereka adalah :

Nelson Tansu, Ph.D, Profesor termuda pada umur 25 tahun di Lehigh University, Amerika;

Dr. Etin Anwar, Associate professor mengajar di Hobart and William Smith College, Amerika;

Dr. Oki Gunawan, peneliti di IBM, Amerika;

Prof. Dr. Yow Pin Lim, pendiri dan Chief Scientific Officer Pro Thera Biologics, Amerika.

Dari Jepang, ada Prof. Dr. Ken Soetanto, wakil dekan di Waseda University , pemilik empat gelar doktor ( Dr.med. Dr.eng, Dr.pharm, Dr.edu ) dari bidang yang berbeda dan

Dr. Khoirul Anwar, Associate Professor di JAIST Jepang

Dr. Mohammad Reza peneliti utama bidang energi dan project manager di pusat riset bidang power system di ABB, Swedia;

Dr. Jhony Setiawan, peneliti di Institut Max Planck untuk Astronomi, Jerman;

Dr. Priyambudi Sulistyono, Associate Professor di Flinders University dan peneliti dalam bidang politik di Australia

Selain itu ada, Dr. Ugi Suharto, Associate Professor di University College of Bahrain;

Rizal Hariadi, Ph.D Candidate dari California Institute of Technology, mendapatkan penghargaan khusus di bidang fisika dari masyarakat keilmuwan di Amerika Serikat;

Dr. Riza Muhida, Assistant Professor di International Islamic University Malaysia;

Dr.Andreas Raharso, Kepala Riset Global di Hay Group ,Singapura ; dan

Dr. Ing. Suhendra, Peneliti di BAM Berlin, German.


gambar : foto.detik.com

sumber : www.dikti.go.id

Jumat, 04 Desember 2009

Belajar Dari Warsito P. Taruno



Robot itu bernama Sona CT x001. Di sebuah jendela ruko di perumahan Modernland, Tangerang, robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona—buatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology—sedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta. “Di dalam ruko tidak ada tempat lagi untuk menyimpan Sona dan udaranya panas,” kata Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.

Sona harus berada di ruangan yang suhunya di bawah 40 derajat Celsius. Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.

Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito. Lembaga ini mengembangkan sistem pemindai komponen dielektrik seperti embun yang menempel di dinding luar pesawat ulang-alik yang terbuat dari bahan keramik. Zat seperti itu bisa mengakibatkan kerusakan parah pada saat peluncuran karena perubahan suhu dan tekanan tinggi.

ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melakukan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.

Warsito mengakui teknologi yangkemudian disebut tomografi kedengarannya seperti dongeng fiksi ilmiah. “Tapi, karena tantangan itu riil, saya merasa terpacu menghadapinya secara riil juga,” katanya. Warsito kemudian meneruskan S-2 mengambil jurusan teknik kimia, berlanjut ke S-3 jurusan teknik elektronika di Universitas Shizuoka. Tesis dan disertasinya tetap mengenai teknologi tomografi.

Hounsfield dan Cormack memang yang pertama kali mengembangkan teknologi ini. Namun, basisnya sinar-X. Pada 1979, kedua ilmuwan ini mendapatkan Hadiah Nobel untuk Bidang Kedokteran. Temuan Warsito lebih canggih lagi karena basisnya dengan gelombang suara. Alhasil, tingkah laku zat cair, gas, dan padat di dalam reaktor tertutup yang tadinya tidak bisa dilihat dengan mata menjadi “kelihatan”. Teknologi ini, kata Warsito, boleh disebut tahap lanjut dari teknologi kelelawar, yang mampu “melihat dalam gelap” secara satu dimensi.

Profesor Liang Shih Fan dari Ohio State University, Amerika Serikat, mengajak Warsito mengikuti program pasca doktoral pada 1999. Dia menerima tawaran itu. Maklum, tidak ada lembaga di Jepang yang bersedia menampungnya. Situasi Indonesia yang ketika itu kacau-balau mempengaruhinya untuk tidak kembali ke Tanah Air.

Dia berhasil mengembangkan tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis. Metode yang mengkombinasikan cara kerja otak manusia dan teori probabilitas ini dipatenkan di Amerika pada 2003. Paper yang menjelaskannya dimuat di jurnal Measurement Science and Technology.

Pada 2001, artikel ini menjadi paper yang paling banyak diakses di penerbitan online oleh Institute of Physics (London). Liang Shih Fan, ahli di bidang teknologi partikel, perminyakan, dan energi, kemudian menantangnya membuat teknologi “melihat tembus” ruang 4 dimensi. Hingga pertengahan 2003, Warsito tidak menemukan jawabannya.

Dia sempat frustrasi dan kembali ke Indonesia untuk memperpanjang visa. Keinginan mendidik anaknya di Tanah Air menjadi salah satu alasan dia tidak memperpanjang kontrak dengan Ohio State University. Namun, Warsito tetap melanjutkan risetnya dari sebuah ruko sewaan di Tangerang. Dia menjual mobil satu-satunya untuk membeli perlengkapan komputer dan Internet serta membuat warnet di lantai bawah ruko. Usaha yang dikelola istri dan adiknya ini untuk menutupi biaya operasional. Upayanya berhasil untuk “melihat tembus secara 4 dimensi”. Pada 2005, IEEE Sensors Journal memuat artikelnya berjudul “Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT)”. Sejak itu, teknologi ini menghiasi sesi plenary lecture di hampir seluruh konferensi ternama di dunia di bidang proses kimia, fluidisasi, mekanika fluida multifasa, energi, teknologi partikel, dan tomografi industri.

Di antaranya Kongres Dunia Tomografi Proses Industri, Aizu, Jepang (2005); Kongres Dunia Teknik Kimia dan Kongres Dunia Teknologi Partikel di Florida (2006); serta Pertemuan Tokoh 100 Tahun Ilmuwan Teknik Kimia yang Paling Berpengaruh di Abad ke-20 di Philadelphia (2008).

Aplikasi dari temuan Warsito sejatinya dapat diterapkan untuk sektor kesehatan (alat-alat kesehatan), geofisik, NDT (uji tanpa rusak), dan proses industri. Sayangnya, tak ada investor dalam negeri yang bersedia membiayai risetnya. Lembaga pemerintah juga tak meliriknya. Liang Shih Fan dan Ohio State University kemudian menawarkan bantuan. Di Amerika Serikat terbentuk perusahaan yang menang tender dari departemen energi setempat.

Di Indonesia, Warsito mengibarkan bendera dengan nama Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology. Nama terakhir merupakan singkatan dari Edi dan Warsito. “Biar kelihatan keren,” kata Warsito, yang menjabat Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia. Edi merupakan sahabatnya ketika sama-sama kuliah program doktor di Jepang. Di perusahaan ini, Edi mengurusi divisi pengembangan bisnis.

Huruf C pada Ctech Labs, kata Warsito, bermakna melihat. Namun, bisa juga dibaca dalam bahasa Indonesia sebagai “sitek atau sito”. Ini merupakan nama panggilan Warsito ketika masih kecil. Sampai saat ini, ibunya memanggilnya Sito. Usahanya mulai berkibar. Jumat pekan lalu, Warsito mendapatkan anugerah Ahmad Bakrie Award untuk kategori teknologi. Sejak tahun lalu, Warsito merekrut 20 mahasiswa strata satu untuk menyelesaikan skripsi atau tugas akhir. Ada yang mengembangkan tomografi untuk USG dan sensor untuk mengetahui kandungan migas. Salah seorang mahasiswa tersebut membantunya membuat Sona CT x001. “Saya beri target skripsinya masuk di jurnal internasional atau dapat paten,” ujarnya.

sumber : http://www.tempointeraktif.com